Seminar ini akan diselenggarakan pada:
Hari/Tanggal : Sabtu, 26 April 2014
Jam : 08.00 s/d 17.00
Tempat : Hotel Horison - Ruang Burangrang - Bekasi
Pembicara: Mr. Wil C. Bijl, Mr. Erik Awuy dll
Peserta Seminar tidak dipungut biaya apapun akan tetapi wajib mendaftarkan terlebih dahulu
Peserta Seminar akan menerima sertifikat kehadiran dari Panitia DCE Judging System Seminar
Untuk
informasi dan pendaftaran dapat menghubungi : Sdr. Gatot Hendarto -
081314151565
Sistem penjurian DCE
Sistem penjurian DCE pada
prinsipnya positif, juri2 menghargai prestasi di lapangan dengan penghargaan,
tidak menghakimi peserta untuk setiap kesalahan. Menurut saya banyak penonton
belum mengerti cara penjurian positif, kebanyakan mencari kesalahan anak2 di
lapangan dan berfikir bahwa jika ada color guard yang tidak menjatuhkan rifle
atau saber itulah yang paling baik. Komentar-komentar juri yang direkam harus
positif, konstruktif dan memberikan solusi untuk kesalahan yang dilihati juri.
Penilaian DCE punya dua
unsur, yaitu “content” dan “achievement” Content adalah materi yang diberikan
oleh pelatih2 kepada pemain. Achievement adalah prestasi pemain di lapangan.
Dengan kata lain, 50% nilai untuk pelatih2 atau “design team” dan 50% untuk
pemain2.
Pemain di lapangan
melaksanakan materi yang diberikan oleh para pelatih, wajar dong para pelatih
menerima angka-angka penjurian. Jika programnya tidak cocok, para pemain tidak
bisa apa-apa, mereka melaksanakan materi itu saja.
Semakin bagus pelaksanaan
pemain di lapangan semakin jelas materi dari design team, jadi angka keduanya
naik. Juri memberikan kesan juga yang terlihat dari angka content dan achievement,
biasanya content sedikit lebih tinggi dari pada achievement karena para pemain
belum bisa melaksanakan semua. Jika selisih antara content dan achievement jauh
(lebih dari 0,4 point) training pemain kurang. Walaupun jarang terjadi achievement
bisa lebih tinggi daripada content, hal itu berarti materi dari pelatih terlalu
simpel dan anak2 bisa melaksanakannya dengan sangat baik, kesannya contentnya
kurang dan tidak memberikan tantangan untuk pemain.
Sistem DCE memakai lima (5)
kotak, kotak 1 berarti kecil (little), kotak 2 lumayan (fair), kotak 3 bagus
(good), kotak 4 sangat bagus (excellent) dan kotak 5 superior (superb). Tidak
semua kotak sama, kotak 3 paling besar karena kebanyakan band akan masuk dalam
kategori bagus. Setiap kotak punya
keterangan yang bisa digunakan sebagai referensi juri. Selain dari scoresheet,
juri punya satu lembar lagi, namanya totesheet di mana dia memasukan semua
score untuk menentukan ranking. Memberikan score yang sama tidak bisa kalau seorang
juri memakai totesheet. Scoresheet akan diambil sesudah band menampilkan dan
langsung dibawa ke kamar tabulator, untuk membuat perubahan sesudah scoresheet
diambil tidak diperbolehkan. Walaupun di jadwal GPMB tertulis rapat juri tetapi
sebenarnya tidak ada rapat, setiap orang juri wajib memeriksa apakah score
benar dimasukan komputer, itu saja tidak ada pembicaraan untuk merubah sesuatu.
Komentar-komentar yang
direkam harus cocok dengan angka di scoresheet, kalau seorang juri mengatakan
10 kali good, sekali excellent dan sekali fair scorenya harus di tengah box 3.
Bila mengatakan 9 kali excellent dan 6 kali good di bawah box 4 dan sebagainya.
Sesudah perlombaan rekaman juri2 dicek oleh mentor DCE, jika ada selisih yang besar
seorang juri bisa dikenakan sanksi.
Di sistem DCE ada delapan
orang di dewan juri, ditambah seorang time dan penalty dan team tabulator. Dari
8 orang juri 3 orang ditempatkan di lapangan. Mereka menilai hal2 teknis, mengambil
contoh (sampel) dari grup kecil atau individual. Caption field music mengambil
sample dari para pemain hornline, dia
harus memastikan bahwa akhirnya seluruh pemain hornline disample. Dari
atas (Vip Box) seorang juri tidak bisa melihat apakah semua pemain benar-benar
main alat atau hanya “lipsing”
Juri field percussion
menilai seluruh battery dan front ensemble secara teknis, dia memastikan bahwa
kemampuan pemain merata dan tinggi. Dia harus mengambil sample semua pemain
battery dan front ensemble.
Juri field visual menilai kemampuan
marching, sikap dan teknik visual semua pemain di lapangan, termasuk color
guard. Juri ini memakai sistem yang sama yaitu sistem “sampling” dan akhirnya semua
pemain akan dievaluasi.
Di atas tribun ada 5 orang
juri lagi, Ensemble Music, Ensemble Visual, Color Guard,General Effect Music
dan General Effect Visual.
Juri Ensemble Music menilai
musiknya secara kesuluruhan, tidak hanya hornline tapi juga field battery dan
pit. Bisanya juri Ensemble Music harus kuat di komposisi dan arrangement.
Juri Ensemble Visual menilai display
secara kesuluruhan, komposisi display dan pelaksanaan.
Juri Color Guard menilai Color Guard,
equipment handling, uniformity dan komposisi.
Juri2 General Effect
sedikit khusus, mereka lihat dengan mata seseorang penonton terdidik atau
“educated audience” Jadi mereka tidak terlalu mengevaluasi semua hal teknis
tapi lebih ke segi entertainment, concept, emosi, flow, klimax dan ekspresi.
Satu orang dari aspek music dan yang lain dari aspek visual, scoresheet keduanya
sama.
Untuk semua juri field dan
ensemble score content dan achievement dijumlahkan kemudian dibagi dua, angka
maximal 10 point. Nilai General Effect tidak dibagi dua jadi setiap orang juri
General Effect bisa maximal 20 point.
Semua anggota dewan juri
belajar di Judges College bagaimana mereka harus menggunakan sistem penjurian
DCE. Untuk setiap langkah ada keterangan dan proses namanya “principles of scoring”
Jika semua orang mengikuti
sistem tersebut scorenya sangat konsisten, tapi bisa saja musik bagus, visual
bagus tapi tidak ada General Effect. Selain
dari itu ada “number management” dan “accountabilities”. Setiap juri harus bisa
mempertanggungjawabkan nilai-nilai yang diberikannya.
Dewan juri punya “Codes of
Conduct” (Kode Etik) juga, tidak boleh memakai kaos atau jacket dengan nama
band tertentu.
Seorang juri tidak boleh
terkait dengan unit yang berkompetisi, baik sebagai konsultan, pelatih,
arranger atau designer. Pada prinsipnya seorang juri tidak boleh datang ke latihan
unit yang akan berlomba, di Eropa peraturan ini tidak bisa dilanggar. Di
Indonesia sedikit lain, juri-juri dari luar negeri belum punya gambaran standar
unit-unit Indonesia. Oleh karena itu juri GPMB diberikan ijin nonton latihan
beberapa unit di Istora sehingga mereka punya pemikiran tentang tingkat mutu
unit-unit di Indonesia. Di Eropa seorang juri tidak boleh menilai di Final DCE
kalau mereka belum menilai semua corps di kompetisi masing-maisng, di Indonesia
hanya ada GPMB, BMBC dan Riau Open saja.
Saya beharap dengan keterangan ini semua
orang bisa lebih mengerti sistem DCE.
Selamat bertanding.
Wil Bijl
Langganan:
Entri (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar